Bismillah,
Udah bertahun-tahun nggak buat cerpen yang bener-bener fiksi.. Ternyata masih bisa ngarang cerita juga :D ini diaa :
Melodi
Hujan
( …Karena Euforia hujan selalu mengantarmu
pada simfoni cinta)
“Aku mencintai hujan…” Kata-katamu saat
kita kecil masih terngiang jelas di telingaku hingga hari ini. Kalau bukan
karena kau, aku tidak mungkin membenci dan mencintai hujan di saat yang
bersamaan.
Tiga
tahun sebelumnya . . .
“Raina
!” Deg! Sebuah suara yang mampu
membuat detak jantungku berubah takikardi
terdengar memanggil namaku dari jauh. Aku menoleh mendapati Ren melambaikan
tangannya sambil berlari ke arahku, aku membalas senyum malu-malu.
“Semangat
sekali hari ini Ren” Sapaku padanya. Ren duduk tepat disampingku. Di bangku
taman favorit kami berdua, bangku paling ujung dengan pohon mahoni yang rindang
menaunginya. Ren dan aku terpaut umur 3 tahun. Ia seniorku sejak SD. Kami
memiliki nama depan yang sama Rain,
yang artinya hujan.
“Semangat
dong na, kan bisa ketemu sama kamu lagi hari ini, hehehe” Pipiku bersemu
mendengar celoteh ringannya, ia mungkin tidak sadar betapa kata-kata itu bisa
membuatku tidak tidur nanti malam.
“…”
“Pagi
ini kamu cantik deh.” Jantungku loncat mendengarnya.
“…
A..aapa sih. Kalau kamu gombal kayak gini, ada maunya nih. Mau apa Ren ? Bilang
aja, nggak usah pakai gombal segala”
“Ih,
nggak gombal, beneran deh. Kamu kan emang cantik Raina, ahahaha”
Aku
melirik sebal ke arahnya. Lalu mencubit pipinya “Itu maksud ketawanya apaaaa ?”
“Ahaha,
iyaa iya… aduh, sakit. Ampun na. Bercandaaa doang” Ia memegangi pipinya yang
baru saja kucubit. Lalu dengan cepat memutar badannya ke arahku.
“Then, may I ask you a favour na ?” Ia
menatapku dengan wajah serius. Ah~ aku bisa saja meleleh di tempat ditatap
seperti ini olehnya.
“Sure. Mau dibantu apa ?” Aku mencoba
terlihat biasa.
“Next Sunday, I guess I want to propose to
the girl I admire so much” Katanya kemudian.
Hatiku
hancur berkeping-keping sesaat setelah mendengarnya. Minggu depan dia akan melamar gadis pujaan hatinya. Siapa ? Ah,
cinta yang aku pendam diam-diam selama sepuluh tahun sepertinya bertepuk
sebelah tangan. Aku memaksakan tersenyum dan menahan air mataku. Perih rasanya.
“Wow, congratulation ! How can I help you
then ?”
“Aku
rencananya mau melamar ke orangnya dulu, setelah itu baru orangtuanya. Hari jum’at
besok temenin belanja baju sama hadiah ya. Pleaseee !” Ren menelungkupkan kedua
tangannya memohon kepadaku. Tidak mungkin aku menolak kan ?
“…
Haah, walaupun aku bilang nggak mau kamu bakal tetap maksa kan Ren ? Ya udah,
jam berapa ?”
“Yeeeiii,
raina memang baiik. Jam Sembilan pagi di bawah jembatan penyeberangan pongtiku
yaa.”
“Hmm”
Ren
melanjutkan pembicaraan dengan topik yang random. Aku larut dalam pikiranku
sendiri. Selama hidup, aku belum pernah merasakan sakit separah ini, tepat di
ulu hati. Dan tentu saja ini bukan gastritis.
Ini perasaan yang koyak.
Waktu
berputar lebih cepat semenjak hari itu, aku tidak tahu apa saja yang sudah aku
lakukan sampai aku berada di bawah jembatan penyeberangan ini. Hari ini
ternyata sudah hari jum’at. Hujan deras dan wangi petrichor sedikit mengobati luka hatiku sebelum bertemu Ren hari
ini.
“Oh, crap ! Telat sepuluh menit!” Aku
mengumpat dalam hati. Aku melihat Ren melambai dari seberang jalan yang
langsung berlari menyeberang tanpa pikir panjang begitu melihatku.
Mataku melebar. Dari arah kota, ada mobil yang
melaju cepat tanpa menyalakan lampunya di saat hujan berkabut seperti ini. Ren !
“Ren
! Stop ! Pakai jembatan
penyembrangannya ! Ren !” Sepertinya teriakanku tidak terdengar olehnya.
“Ren
! Nooooooo !”
.
.
Ckiiiiit,
Bruk !
.
.
Hal
yang paling aku takutkan kini terjadi didepan mataku. Aku menjerit tanpa suara,
berlari kesetanan menghampiri tubuh Ren yang tergeletak tak jauh dari mobil
sedan yang menabrak tangga penyebrangan.
Ren
memegang lengan bajuku, menatapku dan berbisik, “a..ku ci.. ..mu s..seperti…
men..cintai hujan…” Suaranya tak begitu jelas terdengar. Ren berdarah!. Aku panik dan histeris seketika. Setelah itu semua
kejadian serasa bisu. Aku meminta pertolongan pada semua orang tanpa bisa
mendengar suaraku sendiri. Aku berusaha menghentikan perdarahan di kepala Ren
dengan jaket yang kupakai. Hujan membuat darah Ren terlihat mengalir begitu
banyak. Semuanya mulai buram saat aku mendengar suara sirine ambulance. Dan aku tidak ingat apa-apa
lagi setelahnya.
Sejak
hari itu, Ren tidak pernah bangun. Ia tidak jadi berbelanja baju denganku,
tidak jadi melamar gadis pujaannya, tidak jadi melakukan hal-hal yang sudah ia
rencanakan jauh-jauh hari. Dan semuanya terjadi saat hujan.
Ah~
bukankah saat hujan juga pertama kali kami bertemu di taman kota ? Lalu saat
hujan juga pertama kali aku memukulnya karena ia ingkar janji ? Dan aku ingat,
saat itu juga hujan, ketika aku pertama kali jatuh cinta padanya sepuluh tahun
yang lalu.
Detik
tetap angkuh berjalan seolah tidak ada yang pernah terjadi hari itu pada Ren. Di
umurku yang sudah 22 tahun ini banyak lelaki yang datang memintaku menjadi
pendamping hidupnya. Tapi aku belum bisa melupakan Ren.
I
thought that I’d never in my life forget my memories of him.. but time is cruel
Though
I loved him so much, memories of him just start to fade away
The
feeling of missing somebody,
Really,
it ruins my heart
I
feel like if I love somebody else, I’ll feel that sadness again
That
kind of sadness, Ren, alone is enough already
I
don’t ever want to feel that way ever again,
There
were too pain I can’t handle.
20
Oktober 2010, tepat tiga tahun yang lalu kecelakaan yang menimpa Ren, dan
sampai sekarang bayangan darahnya yang mengalir di sela-sela jariku, rasanya
mendekap kepalanya dipangkuanku masih jelas terasa. Semua seperti baru terjadi
kemarin. Aku sudah tidak lagi mendengar kabar dari keluarganya sebulan setelah
kecelakaan itu.
Hari
ini aku menghabiskan soreku di bangku favorit kami lagi, hanya memandang langit
yang berubah jingga. Langit tidak mendung tetapi hujan turun perlahan menembus
celah ranting pohon mahoni diatasku. Aku tidak berniat mencari tempat
berlindung, hujan akan menyamarkan tangisku, pertahananku selama ini pecah. Aku
menangis bisu.
“Raina”
sebuah suara yang ku kenal memanggilku dari belakang. Aku kaget setengah tidak
percaya karena aku kenal betul siapa pemilik suara itu.
Saat
aku hendak berbalik, suara itu mencegahku. “Tunggu Na. aku mohon kamu jangan
dulu berbalik sebelum aku selesai menyampaikan semuanya.” Aku menurut, urung
berbalik.
“Na,
aku pulang. Maaf membuatmu cemas selama tiga tahun ini. Aku begitu bahagia
melihatmu diujung jalan ketika itu, aku tidak menyangka justru itu akan
menyakiti perasaanmu.”
“Aku
tahu kamu menangis setiap malam Na. Mendo’akan agar kesadaranku cepat kembali.
Maaf karena tidak kunjung mengabarimu. Maafkan aku. Keadaanku baru pulih
sebulan yang lalu.”
“…”
Hening beberapa saat.
“Mungkin
ini agak terlambat tiga tahun dari yang ku rencanakan Na. Tapi, bersediakah kau
menjadi satu-satunya bidadari yang menghiasi hariku Na ? bersediakah kau menjadi
Ibu dari anak-anak kita kelak ?”
Aku
menangis lagi.
“T..tapi,
gadis yang hendak kau lamar tiga tahun lalu ?”
“Itu
kamu Na.”
“…”
Aku terdiam.
“So,
Will you marry me, Raina Althafunnisa
?”
Aku
tidak bisa berkata apa-apa lagi. Aku membalikkan badanku kearahnya dan langsung
jatuh terduduk tepat di depannya. Mengangguk sambil menangis sesengukan.
“Ah~
Aku mencintaimu seperti aku mencintai hujan Na.”
“…A..aku
juga Ren. Aku mencintai hujan seperti aku mencintaimu.”
Ren,
Melodi hujan selalu punya caranya sendiri mengiringi setiap peristiwa kita. Aku
harap, akan banyak saat kebahagiaan yang aku bagi bersamamu dan hujan. <3
*Selesai*
--------------------------------------------------
Hehehe, aneh ya ? Tapi, pemerannya tetap Ren <3
I thought he was dead -____-*
ReplyDeletetadinya juga mau buat dia meninggal.. but i thought i prefer the happy ending than the sad one ^_~
DeleteHai aisyah nauli sihotang<3 your so amazing:)aku ngefans boleh ya:)
ReplyDeleteWah~ makasih :3
Deleteaku nggak pantes punya fans nih, hehehe.. makasih sudah berkunjung :3
dan namaku "Rei"..
ReplyDelete"jika kau bisa mengerti apa yang sedang dikatakan oleh hujan yang jatuh berderai kali ini, mungkin kau juga akan memahami, bagaimana cara pelangi merangkai warna-warna kita.."
Deletekamuuu reiiii ? waaaaaaah, ternyata kamuuu pemilik blog nyaaa.. I love your story and poetry xD