Thursday, January 26, 2012

Amarah - Supernova

Bismillah..
Ledakan Supernova
Kesejatian hidup ada pada batu kerikil yang tertendang ketika kau melangkah menyusuri jalan. Kesejatian hidup ada pada selembar daun kering yang gugur tertiup angin. -Dee-
Hari ini aku diajak oleh shifu berjalan-jalan. Tidak biasanya selama perjalanan ia mengomel panjang lebar. Mengeluhkan macam-macam. Mulai dari tangan mungilnya yang perlahan mulai keriput. Ah, harusnya yang menemani Shifu jalan-jalan itu Po. mereka pasangan yang seimbang dalam hal seperti ini. 


" Hei pelangi, kau pernah marah dan jengkel sampai-sampai ingin melukai orang lain ?" entah dari mana shifu bisa bertanya seperti itu padaku.

"..."


Pernah merasa seperti ingin meledak-ledak ? menyembur siapa saja yang memungkinkan untuk dibentak -tentu saja mereka yang lebih muda- Menyemprot orang lain yang bahkan tidak ada sama sekali sangkut paut-nya dengan secuil pun mumet-mumet dikepala sekarang. 

Aku pernah. Well, walau bagaimanapun aku tetaplah manusia biasa yang punya emosi itu. Amarah. Aku pertama kali dikenalkan kepadanya oleh sebuah ombak tsunami yang sangat besar ketika untuk menghitung tambah-tambah dua angka saja aku belum becus. Terlalu dini memang. Tapi mau bagaimana lagi ? 

Err~r, tidak.. aku tidak pernah benar-benar meledak seperti supernova. Tau apa itu supernova ? Tidak ? baiklah, akan kujelaskan. Supernova adalah ledakan bintang di galaksi yang memancarkan energi lebih banyak daripada Nova.  Tidak tau juga apa itu nova ? Eh, Sabun ? (+_+) Bukan, itu nuvo  ƪ(―˛―“)ʃ 
Nova itu ledakan nuklir karena akresi hidrogen dengan bintang kecil yang sudah tidak bersinar lagi (Katai Degenerasi -red). Sudah, sudah bertanyanya ya..
Aku pernah marah -suatu hari di bulan agustus- aku mogok bicara dengan seluruh teman sekelas, memutuskan untuk pura-pura sakit dan bolos sekolah selama 2 hari. Untuk apa aku melakukan itu semua ?

Untuk marah dan protes pada keadaan.

Tapi justru keadaan yang aku protes itu sama sekali tidak bergeming dan tidak mempedulikan protes-protes yang aku lontarkan. Matahari tetap terbit dari timur seperti biasanya. Waktu tetap berjalan mengikuti irama tik-tak-tik-tak yang sering kali membuat tak sabaran. Bahkan matahari sama sekali tidak ingin menghiburku, dengan terbit dari barat misalnya, atau waktu dari bandul jam milik kakek waktu berhenti sebentar untuk menggoda wajah kusutku. Supaya semua orang heran dan menyadari...
"Ooh, itu lho. Pelangi yang tinggal di titik kecil di peta makassar itu lagi ngambek !" 

Nyatanya tidak. 
Para pencopet tetap melancarkan aksi-aksinya di atas kendaraan umum. Keringat  supir pete-pete (angkot -red) yang sudah seharian narik tetap saja berbau tidak sedap. -ah, bercanda pak !-

Yang terpengaruh pada amarah ku ya hanya aku sendiri. menyimpan gumpalan-gumpalan awan hitam menyesakkan di dalam dada ? untuk apa ?
Ikhlaskan saja semuanya...

"..."

Sebelum aku sempat menjawab pertanyaan dari Shifu, Po datang entah dari mana sambil menari-nari dengan sebutir air yang ia pindahkan dengan anggunnya. Dengan mata tertutup sambil mengucapkan

"Inner peace... inner pace..."


2 comments: