Thursday, February 27, 2014

When wish (never) comes true


Bismillah,

Smoke, up high.
Melihat satu-satunya harapan terakhir agar mimpi menjadi kenyataan hilang itu rasanya seperti melihat rumah kayu terbakar, asapnya membumbung tinggi dan saat api itu padam, tidak ada yang tersisa.

Dititik itu, wajarkan airmata menetes deras ?

Wajar bila teriakan pilu terdengar ? Meratap kosong.

Aku pernah disana suatu kali.  Asa itu menguap ke langit. Meninggalkan sosok kecil tak berdaya itu kehabisan akal, hilang.

Mereka (yang berkali-kali merasakannya) bilang, begitulah hidup ! tak akan habis pahit deritanya sampai kata hidup dihapuskan dari kosa katamu !

Mereka (yang jarang merasakannya) bilang, tak apa. Sesekali memang perlu sebuah hentakan keras, untuk akhirnya terpelanting tinggi.

Mereka (yang tidak pernah merasakannya) bilang, Ah ! Dunia berakhir hari ini !

Untukmu, Iya, kamu. Kamu yang mencuri satu bagian besar tak kasat mata di dalam rongga dadaku.  Aku tak tahu apa yang bisa ku perbuat. Aku ingin membantumu, hanya saja tidak tahu caranya.

Ada seorang bijak membisikkanku sesuatu, dia akan tumbuh, begitu masalah ini selesai. Jangan membantu seekor kupu-kupu keluar dari kepompongnya. Ia memang jadi mudah karenanya, tapi lihatlah, ia tak lagi mampu terbang. Kesulitannya keluar dari kepompongnya lah yang membuat sayap-sayapnya siap dan kuat untuk terbang.


 :: Cheer up ren ::
I always (and will always) pray for you
 

No comments:

Post a Comment