Tuesday, June 23, 2009

ketika cinta bertanya........

Gadis manis itu bermata sendu sembab, karena terlalu seringnya ia menangis. Berdiri di pinggir sudut harapan, bertanya tentang cinta, kesedihannya terpancar hebat disaat ia ingin meraih cintanya sebagai kata yang nyata dan berjasad. Agar ia bisa merengkuh dan menggenggamnya. Akankah cinta itu mesti harus memiliki? Begitulah harapan gadis itu.

kata sebagian orang Cinta itu energi jiwa, Sebagai energi memang tak bisa dibendakan. Tidak nampak tapi nyata tidak terlihat namun nyata dirasakan. Ia memang bisa berfungsi sebagai daya gerak, pendorong asa, dan melahirkan pesona pula, bahagia ataupun lara. Itulah sebabnya cinta tidak cukup ditafsir dengan bahasa sederhana, tak mampu diurai dan disyarah dengan satu ikhtisar. Seribu satu bahasa pun takkan mampu menerjemahkan kedahsyatan makna cinta. Berjuta orangpun telah membahasakan cinta, tetapi dengan berjuta rasa dan beragam perasaan.

Cinta itu hutan...
meneduhkan, cantik tapi kadang kita tersesat di dalamnya

Cinta itu matahari...
panas membakar tapi ia berguna

Cinta itu hujan...
selalu kita berlari agar tak terguyur tapi selalu kita kenang saat kemarau menyerang

cinta itu awan...
kadang berarak beriringan kadang hilang tak tahu kemana

cinta itu udara bertiup sepoi – sepoi...
Menyejukkan dan membawa rasa,

Bagai angin semilir...
Bait jawabanku untuk gadis manis itu. Bagai udara lembut ia datang membawa beragam rasa dan berjuta makna. Bila ia bertiup membawa wewangian karena cinta telah melewati dirinya dari sumber wewangian. Terkadang ia membawa bau tak semerbak sebab ia telah melewati lintasan sumber yang tak semerbak. Sangat tergantung pada dari mana muqaddimah cinta itu berawal.

Bagai angin semilir...
Ia hanya bisa dirasa. Bahkan lebih dari itu, cinta itu oksigen. Tidak nampak tapi dapat dirasa. Dibutuhkan oleh keseluruhan makhluk. Cinta takdirnya menghampiri tanpa melihat ras dan suku, agama dan keyakinan. Kabilah maupun bangsa-bangsa. Bahkan ia menjadi perekat perbedaan penciptaan makhluk. Ia hadir dimana-mana dan memberi kesejukan kepada semua nya.

Tapi cinta itu bisa menjadi gelombang angin membadai yang membawa petaka. Bagai air bah yang bisa meluluhlantakkan sisi-sisi kemanusiaan. Menghancurleburkan keangkuhan. Energi yang dibawanya teramat dahsyat tetapi lembut. Melembutkan sifat-sifat diri bagai tiupan angin sepoi. Nikmati rasanya dan keharumannya tetapi engkau tak bisa memilikinya. Karena ia hanya bisa dirasa dan itulah takdir muasalnya. Jika engkau ingin memiliki, maka rengkuhanmu bagai ikhtiar memegang tiupan angin. Makin besar tenaga rengkuhan, makin meranalah hidupmu. Bagai naik telapak tangga, makin tinggi engkau berada maka jatuhnyapun makin menyakitkan.

Bila sang gadis berdiri d pinggir harapan itu menatapnya jauh dengan senyuman, angin itu ia rasakan sebagai tiupan lembut untuk menikmati keharumannya. Dan diantara bekas keharuman itu terasa dalam dinding-dinding kulit perasaan dan hatinya. Hasilnya: makin membuatnya menyelami watak cintanya dan kelembutan-kelembutan dirinya.
Benar ungkapan Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah dalam Raudhatul Muhibbin wa Naudzah Al-Musytaqin ia berkata;

“Cinta merupakan cermin bagi seseorang yang sedang jatuh cinta untuk mengetahui akan watak dan kelemahan-kelemahan dirinya dalam cinta kekasihnya, sejatinya ia tidak jatuh cinta kecuali terhadap dirinya sendiri.”

Subhanallah!. Itulah energi cinta. Pesona mozaik cinta. Energi yang membangunkan dari tidur panjang ketidaktahuan akan eksitensi dirinya. Menggugah dari terbenamnya selama ini oleh kejumudan watak diri. Ia akan semakin cerdas dan terampil dalam menghiasi dirinya lebih baik dan indah dalam perilakunya. Bahkan mengokohkan dirinya untuk lebih hidup dan berdayaguna. Itulah sebabnya Erich Fromm menjelaskannya sebagai kekuatan perubah.

“…Cinta berusaha memahami, menguatkan dan menghidupkan. Dengan cinta, seorang individu akan selalu mentransformasikan dirinya. Dia menjadi lebih peka, lebih menghargai, lebih produktif dan lebih menjadi dirinya sendiri.”

Jadi, rasakanlah pesona keindahan dan kedahsyatan energi cintamu. Walau tidak mesti harus memiliki.

Dan...

Cinta bukanlah balas jasa

Atas apa yang kau terima

Cinta adalah cara

Untuk mengantar cintamu

Pada sumber cinta sesungguhnya

Pada langit yang terbentang luas

Pada hamparan laut biru

Pada taburan bintang gemintang

Pada semilir angin senja

Pada sinar mentari pagi

Pada gunung yang menjulang

Pada air yang mengalir jernih

Pada senyum purnama

Pada setiap sudut hati

Pada pemilik cinta sejati.



Wahai Robb pemilik Cinta,

Sampaikan aku pada cinta-Mu…

No comments:

Post a Comment