Disana, ana duduk merenung. Ia memandangi dengan hampa layar monitor didepannya dengan masih memakai seragam sekolahnya. Hari ini ia rasakan cukup berat, ia memutuskan untuk membuka blog nya dan menuliskan sesuatu disana. sesuatu yang selama ini selalu mengganggu pikirannya. Dengan lincahnya tangannya mengetik apa pun yang terlintas dibenaknya, masa lalunya.
-------------------------------------------------------------------------------------
senja itu, ana berlarian di halaman rumahnya. Saat itu ia masih berusia 5 tahun, bagi anak seusianya, mungkin itu adalah saat yang paling ia inginkan untuk bercanda ria dengan teman sebaya, sebanyak mungkin menghabiskan waktu bersama ibu dan ayahnya. Namun, ia tak dapat merasakannya sedikitpun. Sejak masuk ke taman kanak-kanak, ia merasakan kesendirian itu. Dikucilkan, sama sekali tak dianggap ada, tak pernah di ajak bermain bersama. Hal itu amat menyiksa hatinya yang masih amat sangat lugu, ditambah lagi, saat-saat dirumah yang harusnya bisa menentramkan hati kecilnya, malah membuatnya tambah tertekan. Mendengar suara teriakan dari Ibu dan Ayahnya yang bertengkar setiap waktu. Andai saja ia mempunyai saudara yang dapat berbagi keluh kesah. Tapi apa daya, ia anak tunggal di rumah sebesar itu.
-------------------------------------------------------------------------------------
Sekelebat ingatan masa kecilnya yang amat sangat ingin ia lupakan muncul kembali menghantui hari-harinya. Ia tak menyangka setelah lama ia melupakan masa kecilnya, masa kecil itu datang kembali saat sahabat masa kecilnya kembali. Sahabat yang telah membuatnya terluka dan membuang semua ingatan mengenai masa itu.....
---to be continue---